Paku Tanah Jawa (2024) bukan satu-satunya film horor yang mengangkat tema budaya dan urban legend di suatu wilayah. Sebelum film ini mengudara di seluruh bioskop tanah air, kita sudah mengenal film-film serupa. Namun, sisi keramat yang ditampilkan oleh film garapan dua negara ini terasa begitu mencekam.
Sebagai karya kolaborasi dua rumah produksi, yaitu Loop Entertainment dari Indonesia dan Armani Entertainment dari Malayasia, film ini tentu mengincar penonton dari dua negara, Sob. Sang sutradara, Bambang Drias juga berharap film Paku Tanah Jawa (2024) diterima oleh penonton dari Indonesia dan Malaysia.
Dari sisi lain, film ini menarik perhatian karena menggandeng Masayu Anastasia, aktris legendaris yang memulai karier aktingnya sejak tahun 2001. Hingga kini, Masayu tetap eksis sebagai aktris senior tanah air. Sebelum mengambil peran utama di Paku Tanah Jawa (2024), Masayu sudah membintangi banyak film horor, seperti Belenggu (2013) dan The Doll 3 (2022).
Berkat kiprah akting Masayu Anatasia yang cemerlang dan memukau, film Paku Tanah Jawa (2024) pantas disebut memiliki daya tarik. Selain peran utamanya yang memikat, sajian horor lokal ini juga menyoroti kebudayaan Jawa dan urban legend yang terkenal di Gunung Tidar.
Hmm, kamu pasti sudah penasaran, ‘kan? Film yang tayang perdana pada 6 Juni 2024 ini juga menyimpan daya tarik yang lain, lho! Yuk, kita simak sinopsis dan review lengkapnya di bawah ini.
Sinopsis Film Paku Tanah Jawa (2024)
Film Paku Tanah Jawa (2024) mengikuti kisah Handiri (Masayu Anastasia) yang hidup nyaman di sebuah desa. Hidup Handini tampak sempurna karena ia adalah sinden terkenal yang banyak dipuja-puja oleh para lelaki. Handini juga mengelola sanggar bersama temannya, Ajeng (Ismi Melinda). Tiap kali sanggar mengadakan pertunjukan, Handini dan Ajeng meraup untung besar.
Berkat kecantikannya juga, Handini banyak didekati oleh lelaki beristri. Hal inilah yang membuat Handini digosipkan sebagai pelacur oleh warga desa. Gosip ini sampai di telinga sang putri, Ningrum (Gisellma Firmansyah). Ningrum dan saudaranya, Santi (Badriyah Affif) selalu berusaha tegar menghadapi gunjingan para tetangga.
Hingga suatu hari, Pak Kusno yang mendekati Handini ditemukan tewas mengenaskan di tengah hutan. Warga desa beramai-ramai menyebut kematian tragis Pak Kusno sebagai ulah Handini. Istri Kusno pun menyuruh beberapa warga untuk menyelidiki Handini.
Ningrum akhirnya mulai tak tahan dan mendesak ibunya untuk berhenti mendekati para lelaki di desa. Namun, keanehan dari hidup Handini perlahan terungkap, terutama saat Handini mengincar pemuda bernama Jalu (Wafda Saifan).
Jalu yang sebenarnya disukai oleh Ningrum akhirnya terjebak dalam jerat pesugihan dan praktik ilmu hitam yang selama ini diam-diam dilakukan oleh Handini. Di sisi lain, Santi tengah kerasukan roh gaib yang mengincar Ningrum. Kini Ningrum harus berjuang keras untuk menyelamatkan Santi dan Handini yang ternyata mengikat perjanjian dengan alam gaib.
Paku Tanah Jawa (2024) Tawarkan Premis yang Klasik
Paku Tanah Jawa (2024) menyoroti elemen-elemen klasik dalam sajian horor, seperti pesugihan, praktik ilmu hitam, wilayah keramat, alam gaib, dan kesurupan. Tentu kita sudah pernah melihat premis serupa dalam film horor lainnya.
Meski berangkat dari elemen yang klasik, tetapi film ini mampu menyuguhkan budaya Jawa yang kental. Elemen budaya ini tidak asal ditampilkan, tapi fokus pada aspek-aspek yang penting untuk menunjang premis ceritanya. Alhasil, premisnya tidak membosankan dan masih memberikan sesuatu yang menarik.
Sisi paling menarik dari film ini adalah kisah tentang paku tanah Jawa, sebuah alat sakti yang digunakan untuk menghancurkan ilmu hitam di bumi. Jika kamu suka dengan cerita yang menyelipkan unsur kebudayaan, film ini adalah jawabannya.
Masayu Anastasia Sukses Memerankan Sosok Handini
Akting Masayu Anastasia yang berkelas pantas mendapat pujian dan tepuk tangan dari penonton. Sejak awal cerita, tatapan intens Masayu yang misterius sukses menyita atensi. Tak sampai di situ, Masayu konsisten menghayati sosok Handini yang menawan, tetapi misterius dan sangat dingin.
Sebagai seorang sinden dan penari, Masayu juga berhasil membuat penonton percaya bahwa ia adalah sinden sungguhan. Akting Masayu ketika menari di pertunjukan sangat layak ditonton. Sampai akhir cerita, Masayu terbilang berhasil mempertahankan intensitas aktingnya.
Elemen Gore dan Jump Scare yang Sangat Nanggung
Meski mengangkat urban legend tentang paku tanah Jawa di Gunung Tidar, tetapi film ini tidak berhasil mengeksekusi alur dan plotnya. Alurnya terasa melompat-lompat di beberapa bagian. Meski ada plot twist yang sangat mengejutkan, tetapi alurnya belum mencapai klimaks sehingga efek kejut dari twist ini terasa kurang maksimal.
Di luar alur dan plot twist yang kurang maksimal, elemen gore dalam film ini pun terasa nanggung. Pada bagian klimaks cerita, kita disuguhkan dengan rangkaian teror hingga sampai pada adegan berdarah. Namun, intensitas pada plot-plot ini masih terasa kurang memikat.
Selain itu, film Paku Tanah Jawa (2024) ternyata tidak menampilkan sosok hantu yang menyeramkan. Visual hantunya memang sudah menyeramkan, tetapi belum ada sesuatu dari segi visual yang mampu membuat suasana terasa lebih mencekam.
Meski begitu, film ini tetap layak ditonton. Bagian terbaik dari film ini adalah adegan-adegan Santi yang kesurupan. Adegan kesurupan ini justru terasa lebih memikat. Selain itu, adegan penceritaan kisah paku tanah Jawa yang dituturkan dengan bahasa Jawa akan menarik perhatian kita sebagai penonton, Sob.
Penulis: Gheani Kirani
Referensi: IDN Times
Foto: Loop Entertainment & Armani Entertainment