Malam Para Jahanam menjadi sajian horor yang cukup berbeda untuk menutup akhir tahun 2023, Sob. Latar sejarah yang kuat dan eksistensi PKI di masa lampau menjadi daya tarik film ini. Setelah rilis perdana pada 7 Desember 2023, film bermuatan sejarah ini menarik cukup banyak atensi dari publik.
Biasanya film-film horor lokal mengandung muatan mitos, legenda, pesugihan, santet, atau cerita angker di hotel berhantu. Namun, film garapan sutradara Indra Gunawan ini berani tampil beda dengan menampilkan latar belakang sejarah. Dengan durasi 1 jam 29 menit, Malam Para Jahanam menyajikan konflik yang cukup mengerikan.
Film yang dibintangi oleh Aghniny Haque, Djenar Maesa Ayu, dan Harris Illano Vriza ini menjadi garapan terakhir dari Starvision di tahun 2023. Dengan sosok Indra Gunawan di balik layar, tampaknya sajian horor ini punya potensi karena Indra berhasil menggarap film Hello Ghost (2023).
Lantas, seperti apa kisah horor dalam balutan sejarah yang digarap oleh rumah produksi Starvision ini?
Sinopsis Malam Para Jahanam (2023)

Malam Para Jahanam (2023) mengikuti kisah Rendi (Harris Illano Vriza) yang pergi ke Desa Winongo untuk memakamkan jenazah kakeknya. Sebelumnya Rendi mendapat wasiat untuk menguburkan mayat sang kakek di desa yang punya sejarah penting itu. Perjalanan Rendi ditemani oleh dua temannya, Martin (Zoul Pandjoul) dan Siska (Amel Carla).
Akan tetapi, Rendi dan dua temannya tidak mengetahui tentang teror Malam Jahanam yang sudah lama menghantui desa. Alhasil, ketika sampai di sana, mereka terjebak dalam teror tiga hari tiga malam yang mengancam nyawanya.
Awal mula teror ini pun diceritakan melalui kilas balik ke tahun 1965 di Desa Winongo, Jawa Tengah. Kala itu, PKI sedang berada di masa puncak dan menyebarkan paham ke seluruh tanah air. Akan tetapi, situasi desa yang masih damai tiba-tiba dirusak oleh masuknya ideologi komunis yang dibawa Bachtiar (Derry Oktami), warga yang sejak kecil mengenyam pendidikan di kota.
Abah Malik (Teddy Syach) menentang doktrin yang dibawa masuk oleh Bachtiar, teman masa kecilnya itu. Alhasil, pertikaian akibat perbedaan ideologi tak terhindarkan. Abah Malik bersama para santri melawan kelompok komunis Pemuda Rakyat yang dipimpin Bachtiar.
Tak terduga, perselisihan ini berubah menjadi tragedi pembantaain antarkubu sehingga memakan banyak korban. Tragedi berdarah itu belum berakhir karena masih ada dendam yang dimiliki dua kubu, yaitu agamis dan komunis. Akhirnya setiap tahun di hari pembantaian itu, arwah dari dua kubu akan bangkit dan saling menyerang.
Aksi saling bantai ini membuat keselamatan warga desa terancam, terutama Rendi dan dua temannya yang baru saja datang ke desa. Beruntung Rendi mendapat bantuan dari anak Abah Malik, yaitu Marni (Djenar Maesa Ayu) dan Dira (Aghniny Haque). Pertemuan Rendi dan Marni ternyata membuka jalinan dengan kakek Rendi. Plot ini menjadi daya pikat di tengah rentetan teror.
Malam Para Jahanam Tawarkan Premis yang Unik
Meski alur dan plot film ini tak lepas dari serangan teror yang sudah umum, tapi premis yang disajikan terbilang sangat unik. Malam Para Jahanam memotret kedudukan PKI yang hingga saat ini masih dikenang karena peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965.
Latar sejarah ini kemudian digabungkan dengan unsur horor, lalu ditambahkan sedikit sentuhan fantasi. Unsur horor yang sangat khas terlihat pada serangan para hantu yang meneror warga desa.
Nuansa horor dibangun melalui suasana desa yang kelam dan tragedi pembantaian di tahun 1965 yang berubah menjadi kutukan. Dendam masa lalu yang mengutuk desa berperan membangun intensitas teror di sepanjang film.
Latar Sejarah Membuat Kisahnya Terasa Nyata
Pembantaian G30S/PKI bukan cerita yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Selain membekas di ingatan, kita sama-sama tahu seperti apa konflik ideologi di era PKI. Oleh sebab itu, cerita Malam Para Jahanam jadi terasa nyata bagi penonton karena menghadirkan masa lalu.
Sisi “nyata” film ini kian terlihat dari sudut pandang agamis yang bertentangan dengan komunis. Melalui kelompok santri yang dipimpin Abah Malik, kita seakan bisa merasakan apa yang dirasakan Abah Malik setelah mengetahui doktrin komunis memasuki desanya.
Visualisasi Arwah dan Elemen Gore yang Intens

Menonjolkan teror pembantaian membuat film ini punya elemen gore yang baik dan memikat. Sentuhan gore dalam Malam Para Jahanam digambarkan melalui sisi yang unik, yaitu visualisasi para arwah yang bangkit dari kematian.
Para arwah tidak divisualisasikan serupa hantu, tetapi lebih mirip zombie. Visual arwah yang menyerupai mayat hidup menambahkan kesan “segar” pada film ini. Lama-lama kita pasti jenuh menyaksikan teror hantu berwujud kuntilanak atau pocong, ya, Sob.
Karakter Rendi Kurang Kuat dan Menonjol
Selain premis yang ciamik dan visual yang segar, skoring film ini berada di area aman. Skoring yang disuguhkan mampu menambah kesan intens di sepanjang film. Akan tetapi, ada kekurangan yang terlihat di karakter Rendi yang merupakan tokoh utama.
Pengembangan karakter Rendi kurang kuat untuk mengimbangi alur cerita yang intens karena dipenuhi adegan menegangkan. Di sisi lain, kita akan sedikit melihat plot hole atau sisi yang kurang logis dalam satu bagian.
Meski begitu, alur yang membawa Rendi bertemu anak Abah Malik menjadi perubahan yang dinamis di film ini. Terlebih lagi, kita akan dibuat cukup penasaran dengan sesuatu yang terjalin antara Desa Winongo dengan kakek Rendi.
Kesimpulannya Malam Para Jahanam menjanjikan sajian horor yang unik dan nyaman untuk dinikmati di waktu luang. Apalagi kalau kamu penyuka gore, film ini cocok banget buat masuk di watch list! Selamat menonton, Sob!
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Foto:
Starvision
Comments
Comments are closed.