Trinil: Kembalikan Tubuhku akhirnya menyapa penggemar film horor lokal pada 4 Januari 2024 dengan kisahnya yang penuh plot twist. Sejak tayang perdana di seluruh bioskop tanah air, film horor yang digarap oleh Hanung Bramantyo ini mampu menarik perhatian publik.
Sebagai film pembuka tahun 2024, Trinil: Kembalikan Tubuhku menyajikan horor yang khas dengan tahun 80-an. Dengan durasi 1 jam 41 menit, film ini memiliki ruang yang cukup untuk menyuguhkan sajian horor lokal. Peran Hanung di kursi sutradara juga membuat publik penasaran karena sebelumnya Hanung banyak menggarap drama.
Tak hanya itu, produksi film Trinil: Kembalikan Tubuhku juga melibatkan dua rumah produksi, yaitu Dapur Film yang dimiliki Hanung Bramantyo dan PH Seven Skies Motion dari Malaysia. Selain keterlibatan dua rumah produksi, film ini menawarkan daya tarik dari jajaran pemainnya, Sob.
Ada Wulan Guritno, Carmela van der Kruk, Rangga Nattra, Fattah Amin, dan Shalom Razade. Dari semua pemain, ada peran Wulan Guritno yang paling dinantikan, lho. Penasaran sama film lokal ini, Sob? Yuk, simak sinopsis dan review lengkapnya!
Sinopsis Film Trinil: Kembalikan Tubuhku
Film horor Trinil: Kembalikan Tubuhku mengikuti kisah pasangan suami istri, Rara (Carmela van der Kruk) dan Sutan (Rangga Nattra) yang memulai hidup baru di dekat perkebunan teh. Setelah pulang dari liburan bulan madu, Rara mewarisi kebun teh dari sang ayah.
Awalnya kehidupan mereka berjalan baik-baik saja. Rara menerima warisan dan Sutan kembali bekerja di rumah sakit. Akan tetapi, hidup bahagia pasangan ini seketika berubah mencekam saat Rara mengalami ketindihan di malam hari.
Gara-gara serangan peristiwa gaib itu, Sutan khawatir dan ingin membantu Rara. Akan tetapi, Rara skeptis dan bersikeras bahwa kejadian gaib ini hanya akibat dari kelelahan fisik karena ia sibuk mengurus kebun.
Meski begitu, Rara selalu diteror oleh hantu tanpa kepala yang menyebutkan kalimat, “Trinil, balekno gembungku” yang artinya “Trinil, kembalikan tubuhku”. Setelah terus ragu, Rara akhirnya menerima ide Sutan untuk meminta bantuan Yusof (Fattah Amin).
Yusof adalah teman masa sekolah Sutan di Penang yang memiliki kemampuan dalam dunia mistis. Sutan berharap kehadiran Yusof di rumahnya dapat membantu mereka memecahkan misteri hantu kuyang tersebut.
Lantas, mampukah mereka mengusir hantu itu? Apakah ada kebenaran di balik sosok hantu kuyang yang memanggil nama kecil Rara?
Trinil: Kembalikan Tubuhku Tawarkan Premis Klasik
Dengan premis yang penuh elemen khas horor lokal, film Trinil: Kembalikan Tubuhku menawarkan kisah tentang teror hantu kuyang. Di balik sosok hantu kuyang yang meneror Rara, ada sekelumit misteri yang membuat penonton penasaran.
Kisahnya pun bermula dari kepindahan Rara dan suaminya ke rumah baru. Jadi, sekilas film ini memiliki premis yang klasik. Akan tetapi, cara penulis naskah Haqi Ahmad bersama Hanung dalam mengeksplor elemen horornya terasa menarik.
Film ini mengeksplor hantu tanpa kepala (kuyang) dan kejadian mistis “ketindihan” yang akhirnya menciptakan sentuhan khas. Buat pencinta horor, film ini punya daya tarik dari rentetan kejadian mistis yang menghantui tokoh utamanya.
Terinspirasi dari Drama Radio Populer Tahun 1985
Film Trinil: Kembalikan Tubuhku rupanya tidak mengemas konsep cerita baru, tetapi idenya terinspirasi dari drama radio di tahun 1985 yang berjudul Trinil. Drama yang populer pada era 80-an ini punya cerita yang khas, terutama pada kalimat “Trinil, balekno gembungku”.
Di film yang digarap Hanung, kalimat khas itu kembali ditampilkan sehingga keunikan pada film jadulnya tidak hilang. Selain ciri khas itu, film ini juga menampilkan latar belakang tokoh yang beragam.
Fattah Amin yang memerankan karakter Yusof merupakan aktor asal Malaysia. Peran yang Fattah jalani selaras dengan latar belakang Yusof dari Malaysia. Keragaman ini tercipta dari kerja sama PH Hanung dengan PH asal Malaysia.
Plot Film Trinil: Kembalikan Tubuhku Kurang Rapi
Film ini menjanjikan banyak plot misterius yang diharapkan dapat menjadi plot twist atau alur tak terduga. Akan tetapi, pengaturan plotnya terkesan kurang rapi sehingga sentuhan misterius kurang tersampaikan kepada penonton.
Kisah ini sebenarnya menyorot kisah cinta segitiga yang rumit antara ibu, anak, dan laki-laki. Namun, awal mula teror, sosok Rahayu Saunder (Wulan Guritno), dan latar belakang teror hantu tanpa kepala kurang tereksplor.
Jika plotnya rapi dan alurnya disusun lebih padat, inti cerita dari film Trinil: Kembalikan Tubuhku pasti tersampaikan kepada penonton.
Akting Para Pemain Kuat dan Berdampak Pada Cerita
Karakter Rahayu yang diperankan Wulan Guritno mampu memberikan efek pada film ini. Sebagai seorang ibu dan tokoh penting, Wulan berhasil memerankan karakter jahat. Selain Wulan, akting para pemain juga cukup ciamik.
Kehadiran Carmela sebagai pemeran utama (Rara) sudah terekspos dengan baik. Tidak hanya itu, latar waktu film Trinil: Kembalikan Tubuhku juga berperan menambah kesan horor, terlebih lagi lokasinya berada di area perkebunan.
Ditambah lagi dengan latar di tahun 1970-an, film ini menampilkan kesan jadul yang terasa cukup nyata.
Skoring dan Jump Scare yang Cukup Baik
Tak lengkap rasanya membicarakan film horor tanpa mengulas skoring dan jump scare karena dua elemen ini sangat penting. Nah, film ini menyajikan skoring yang cocok dengan visualisasi seram.
Skoring yang pas membuat rentetan jump scare berdampak bagi penonton dan mendukung intensitas adegan. Pendek kata, film ini memang memiliki kekurangan, tapi tetap menarik untuk ditonton bersama keluarga atau teman.
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Foto:
Dapur Film
Comments
Comments are closed.