Film Sijjin (2023) ikut meramaikan jagat perfilman Indonesia di akhir tahun ini melalui kisah horor klasik yang menegangkan. Bukan dari mitos atau cerita lokal, film ini merupakan adaptasi film horor Turki berjudul Siccin yang tayang tahun 2014.
Sejak tayang pada 9 November 2023, film yang digarap sutradara Hadrah Daeng Ratu ini terus menarik perhatian. Alasan utamanya karena kepopuleran film Siccin asal Turki yang menonjolkan sisi religi dalam teror mistis dan dirumorkan diangkat dari kisah nyata. Ketenaran Siccin di Turki membawa efek yang besar, yaitu enam seri dibuat berdasarkan versi filmnya.
Jadi, tidak heran kalau banyak pencinta film horor di tanah air yang penasaran dengan versi lokal dari film Siccin. Mungkin itu sebabnya film berdurasi 100 menit ini menuai sorotan publik, terlebih lagi premis ceritanya yang mirip dengan kisah horor lokal.
Film ini menambah warna di tengah naik daunnya serial orisinal Indonesia di Netflix. Nah, kalau kamu penasaran dengan film hasil produksi Rapi Films ini, simak sinopsis dan review lengkapnya dulu, nih, Sob!
Sinopsis Film Sijjin (2023)
Sijjin (2023) mengikuti kisah Irma (Anggika Bolsterli) yang menjalin hubungan asmara dengan sepupunya sendiri, yakni Galang (Ibrahim Risyad). Ikatan cinta yang dibangun Irma dan Galang merupakan hubungan terlarang. Namun, Galang sudah memiliki istri dan anak, jadi ia ingin memutus ikatan gelap ini.
Namun, Irma tidak dapat melepaskan Galang dari hidupnya dan akhirnya memilih jalan teror santet. Irma meminta seorang dukun mengirimkan santet lima malam kepada istri Galang. Berbagai teror mistis yang mengerikan pun menghantui keluarga kecil Galang.
Premis Klasik yang Khas Horor Lokal
Meski berasal dari Turki, tapi premis Sijjin sangat dekat dengan kisah-kisah horor dari Indonesia. Ya, teror santet. Industri film horor Indonesia seakan tak bisa lepas dari teror mistis dan ancaman supranatural seperti santet. Seluruh lapisan masyarakat sudah mengenal santet sebagai bagian dari cerita-cerita mistis yang nyata.
Jadi, premis yang diusung film Sijjin bukan hal baru dan tidak menawarkan keunikan yang menonjol. Akan tetapi, film ini menyoroti hubungan terlarang yang dilakukan dua sepupu, Irma dan Galang.
Cinta terlarang ini menjadi sorotan dalam cerita yang akhirnya menimbulkan konflik dan menggerakkan alur. Dalam film-film horor Indonesia, pemicu konflik sering berasal dari tempat angker, pesugihan, mitos masyarakat, kota gaib, arwah yang tinggal di suatu tempat, dan sejenisnya. Nah, film Sijjin menawarkan pemicu konflik yang cukup berbeda meski premisnya sangat dekat dengan nuansa horor lokal.
Alur Ceritanya Cukup Menarik dengan Konflik Cinta
Kisah cinta sedarah akan terasa dramatis, terutama jika menjadi dasar cerita yang akan menciptakan konflik. Namun, alur ceritanya tidak jauh berbeda dengan versi aslinya dari Turki. Alur cerita Sijjin dapat disederhanakan menjadi upaya Irma merebut Galang dengan teror santet lima malam.
Meski begitu, teror yang menimpa istri Galang, Nisa (Niken Anjani) berhasil menjadi daya tarik film ini. Akting Niken wajib diapresiasi, terutama raut wajahnya saat terkena teror santet. Rangkaian kejadian mistis dan penderitaan yang dirasakan Niken membuat kisah dalam film Sijjin terasa mencekam.
Jadi, pemicu konfliknya terasa bagai konflik cinta dalam drama. Namun, eksekusi teror yang menjadi daya pikat di sepanjang filmnya.
Gore dari Teror Santet Lima Malam Cukup Memuaskan
Selayaknya film horor, Sijjin juga tak melupakan jump scare untuk memberi efek kejut dan rasa takut. Namun, kualitas dan intensitas jump scare di film ini terasa kurang mencekam. Sama seperti kebanyakan film horor, suara-suara menggelegar dan adegan mengejutkan hanya terasa seperti “kejutan” yang mendebarkan.
Namun, nuansa gore di film Sijjin dieksekusi dengan cukup baik, meski belum berdampak besar seperti film aslinya. Elemen gore di film aslinya dapat membuat penonton jijik, tapi gambaran di versi Indonesia cukup melemparkan rasa ngeri. Kalau kamu suka tontonan gore, film ini bisa jadi pilihan yang baik.
Ritual Santet yang Sedikit Berbeda dari Film Turki Siccin
Di film aslinya, ritual santet menggunakan babi yang haram bagi umat Islam. Pemilihan hewan ini kian memperkuat sisi religi dalam ceritanya. Nah, di film Sijjin versi Indonesia, hewan yang digunakan dalam ritual diganti menjadi kerbau. Sisi baiknya, kerbau memang lebih familier bagi penonton lokal karena masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam.
Dari segi teror, kegilaan santet yang disuguhkan Sijjin memiliki kadar kengerian yang tak jauh berbeda dari film lokal. Meski begitu, film yang kental dengan elemen gore dan religi ini tetap layak ditonton, Sob.
Skoring dan Akting Para Pemain Film Sijjin
Tidak lengkap rasanya mengulas film horor tanpa membicarakan skoring. Skoring pada film Sijjin sudah cukup memuaskan dan mampu mengantarkan kegelapan ceritanya kepada para penonton. Akting para pemain juga cukup baik, terutama Niken yang memerankan Nisa (istri Galang) sebagai korban santet.
Film Sijjin dapat menjadi pilihan tontonan akhir pekan, terutama bagi para pencinta horor. Akan tetapi, jika kamu sudah menonton film versi asli dari Turki, mungkin kamu tidak akan merasakan hal baru. Hal ini karena dari segi alur dan premis, versi adaptasi masih mengikuti kisah aslinya.
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Foto:
Rapi Films
Comments
Comments are closed.