Sehidup Semati (2024) sekilas tidak terdengar seperti film bergenre thriller dengan ciri khas horor. Namun, film yang dibintangi Laura Basuki ini sungguh-sungguh mengusung genre psychological thriller dalam balutan drama keluarga.
Film garapan sutradara Upi Avianto ini resmi tayang pada 11 Januari 2024 dan meraup respons positif. Masuk dalam jajaran film awal tahun, Sehidup Semati menawarkan kisah yang sangat relate dengan kehidupan.
Dengan durasi 1 jam 48 menit, film ini menyoroti kekerasan dalam rumah tangga dan paham patriarki yang mengikat perempuan. Dengan Laura Basuki sebagai pemeran utama, film yang juga dibintangi Ario Bayu dan Asmara Abigail ini punya banyak hal menarik yang bikin penasaran.
Sebelum menonton filmnya, simak dulu sinopsis dan review lengkapnya di bawah ini.
Sinopsis Film Sehidup Semati (2024)
Sajian thriller dengan unsur-unsur psikologis ini mengikuti kisah Renata (Laura Basuki) yang bertahan menghadapi kekerasan rumah tangga karena sudut pandang yang keliru. Sejak masih kecil, Renata sudah menyaksikan ibunya menjadi korban KDRT. Namun, ibunya tidak melawan dan tetap melayani suaminya.
Dalam pikiran Renata tertanam sudut pandang tentang kodrat perempuan yang selalu tunduk pada dominasi laki-laki. Meski mengalami trauma, Renata tetap berpandangan bahwa perempuan memiliki posisi yang lemah.
Pandangan Renata ini terbawa hingga ia dewasa dan menikah dengan Edwin (Ario Bayu). Kehidupan yang bahagia seketika berubah saat Edwin mulai bersikap dingin, kasar, dan kejam. Kekerasan fisik yang dulu menggoreskan luka batin dalam diri Renata, kini harus ia rasakan lewat suaminya.
Namun, Renata berpegang teguh pada prinsipnya untuk mempertahankan ikatan suci pernikahan yang telah terikat sehidup semati. Pandangan Renata yang keliru perlahan berubah saat ia mengenal Asmara (Asmara Abigail), perempuan mandiri yang tinggal di sebelah unit apartemennya.
Asmara tidak sekadar menjadi teman curhat, tetapi juga dukungan bagi Renata. Di sisi lain, rumah tangga Renata yang retak kian terancam dengan sosok perempuan misterius yang ada di dalam rumah. Renata curiga bahwa sosok itu adalah selingkuhan Edwin.
Apakah kecurigaan Renata benar? Lalu, bisakah Renata keluar dari belenggu patriarki yang menyiksanya?
Sehidup Semati Berhasil Memotret Isu KDRT
Dari segi premis, film ini tidak memiliki plot atau konflik yang sadis seperti genrenya. Akan tetapi, isu KDRT yang menjadi konflik utama mampu dikemas dengan sangat baik dan mencerminkan genre thriller.
Mungkin bagi sebagian orang, isu KDRT hanya tentang adu mulut atau kekerasan fisik biasa. Namun, film Sehidup Semati menyoroti sisi lain fenomena KDRT yang ternyata sangat mengerikan bagi para korban. Terkuaknya sisi ini digambarkan dari kondisi batin dan fisik Renata.
Konflik batin ini dituangkan melalui gambaran diri Renata yang rapuh. Dengan tubuh kurus dan penuh luka, Renata seolah merepresentasikan kengerian KDRT yang kerap dianggap remeh karena dominasi budaya patriarki.
Berisi Pesan Moral tentang Budaya Patriarki
Premis film Sehidup Semati sangat dekat dengan realita yang kerap dipandang sebelah mata. Mungkin itu sebabnya cerita Renata yang menghadapi toxic relationship mampu meresap ke dalam batin penonton.
Dengan premis yang kuat, Sehidup Semati mampu membangkitkan perasaan-perasaan emosional yang intens sejak awal cerita. Penonton diajak memahami penderitaan korban KDRT, anak yang trauma karena terpapar kekerasan, hingga orang dewasa yang terjebak dalam kurungan budaya patriarki.
Pesan moral dalam film ini digambarkan melalui pemikiran Renata yang keliru tentang hak perempuan. Selain itu, hubungan pernikahan yang tidak sehat dan bantuan dari pihak lain juga menjadi pengingat tentang pentingnya menyuarakan isu KDRT.
Lewat gambar diri Renata yang rapuh, film ini ingin mengajak orang-orang untuk lebih peduli dengan isu kekerasan yang bersumber dari patriarki.
Eksekusi Visual dan Skoring yang Mengesankan
Selain pesan moral, Sehidup Semati juga punya visual yang intens. Penggambaran isu batin Renata sang tokoh utama dituangkan melalui warna biru yang terkesan gelap dan suram.
Dominasi warna biru gelap ini selaras dengan batin Renata yang tersiksa, tetapi berkali-kali kalah oleh sudut pandangnya sendiri. Latar film Sehidup Semati hanya terfokus di area apartemen sehingga sering terkesan monoton.
Meski begitu, latarnya sesuai dengan premis yang menonjolkan KDRT dan sentuhan elemen horor. Dari segi skoring, tetap ada jump scare untuk menguatkan kesan horor dan teror dari sosok perempuan di rumah Renata.
Pendek kata, Sehidup Semati punya visualisasi yang sangat pas untuk gambaran KDRT, masalah batin, dan elemen horor. Dengan pengambilan gambar yang tereksekusi dengan baik sehingga layak buat ditonton, Sob.
Chemistry Para Pemain dan Akting Apik Laura Basuki
Kekuatan film Sehidup Semati tidak hanya terletak pada alur cerita dan visualisasi, tapi juga akting para pemain. Laura Basuki sangat totalitas memerankan karakter Renata yang jiwa dan fisiknya telah runyam. Usut punya usut, Laura sampai menurunkan berat badannya, lho.
Dari sisi pemeran utama laki-laki, aktor Ario Bayu yang sebelumnya terlibat di dalam serial Gadis Kretek berhasil menjiwai karakter Edwin. Sosok Edwin yang sangat dingin dan terkesan mengancam mampu menyalurkan rasa takut kepada penonton.
Namun, perpaduan akting Laura Basuki dan Asmara Abigail yang justru menjadi sorotan. Kedua aktris ini memerankan karakter yang bertolak belakang, tetapi kedekatan keduanya di sepanjang film terasa nyata.
Dengan cerita yang relate, visualisasi yang pas, dan akting para pemain yang memukau, film Sehidup Semati cocok dijadikan tontonan awal tahun. Selamat menonton, Sob!
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi: Kincir.com
Foto: Starvision Plus
Comments
Comments are closed.