Pygmalion effect adalah fenomena psikologis ketika ekspektasi dari orang lain dapat berdampak positif bagi kita, baik dalam kinerja atau harapan terhadap diri sendiri. Sekilas kalau kita pikirkan, situasi ini memang terdengar tidak masuk akal. Akan tetapi, efek dari harapan orang lain itu ternyata nyata, lho.
Jika kita renungkan, dalam kehidupan sehari-hari kita pasti menerima ekspektasi dari orang lain, entah itu keluarga, rekan di kantor, atau dosen di kampus. Misalnya saja orang tua berharap kita akan lulus tepat waktu dan segera mendapat pekerjaan. Di lingkungan kantor pun atasan akan berharap kita mampu mencapai target.
Terkadang saat menghadapi ekspektasi, kita akan tertekan dan akhirnya sering menunda pekerjaan atau malah terjebak dalam hustle culture yang tidak sehat. Namun, mendapat harapan yang tinggi dan berkesan positif ternyata mampu meningkatkan performa kita, Sob. Inilah yang disebut pygmalion effect.
Seperti apa pygmalion effect itu dan cara menerapkannya?
Pengertian dan Sejarah Pygmalion Effect
Kata “pygmalion” ternyata diambil dari nama pemahat Yunani, lho. Pada masa itu, ada pemahat hebat bernama Pygmalion yang tidak pernah sombong meski sangat mahir membuat patung-patung indah.
Lalu, Pygmalion jatuh cinta dengan patung Galatea yang dibuatnya dan berdoa kepada Dewi Aphrodite agar ia mendapat pasangan secantik sosok Galatea. Harapan Pygmalion pun terkabul karena Galatea dihidupkan oleh Dewi Aphrodite.
Nah, kisah ini menjadi latar belakang lahirnya istilah pygmalion effect. Sesuai dengan kisah pemahat Yunani itu, harapan mampu mewujudukan impian menjadi nyata. Sama seperti fenomena pygmalion effect saat keyakinan orang dapat mendorong kita berperilaku, berusaha, dan bertindak secara positif.
Alhasil, impian yang kita pikirkan dapat menjadi kenyataan dan usaha kita pun akhirnya menghasilkan kinerja yang maksimal. Fenomena psikologis ini juga berangkat dari penelitian Robert Rosenthal dan Lenore Jacobson di tahun 1968. Robert dan Lenore meneliti dampak dari harapan guru di sekolah terhadap performa murid-muridnya dalam akademik.
Rupanya ketika guru itu memiliki keyakinan positif terhadap kemampuan akademis anak didiknya, semua anak di sekolah itu mengalami peningkatan yang tajam. Dari penelitian ini, Robert dan Lenore menemukan bahwa siswa yang menerima ekspektasi positif dari guru akhirnya percaya kalau mereka mampu.
Sugesti bahwa mereka pintar telah tertanam di dalam pikiran berkat keyakinan sang guru terhadap mereka. Inilah jawaban mengapa efek harapan yang positif dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan diri kita, Sob.
Dampak Baik dan Negatif Pygmalion Effect
Secara sederhana, pygmalion effect dapat mempengaruhi terbentuknya persepsi orang lain terhadap dirinya, baik dalam bentuk positif atau negatif. Oleh sebab itu, keyakinan yang negatif dari orang lain dapat melemahkan persepsi kita terhadap diri sendiri.
Di sisi lain, jika kita berekspektasi yang buruk terhadap orang lain maka bisa saja orang itu akan percaya kalau dirinya buruk. Jadi, kita perlu lebih selektif dalam berharap terhadap orang lain, ya.
Manfaat Pygmalion Effect Bagi Produktivitas
Kita dapat menerapkan pygmalion effect di lingkungan kerja atau dalam studi. Selain bermanfaat bagi diri sendiri, menghadirkan efek ini juga akan membantu orang lain bertumbuh lebih pesat.
Nah, ada beberapa manfaat harapan positif terhadap orang lain yang harus kamu ketahui, nih!
1. Menciptakan lingkungan yang sehat
Menerapkan pygmalion effect dalam level positif mampu mengubah lingkungan kerja dan ruang studi menjadi lebih sehat. Hal ini karena penerapan efek harapan ini berkaitan erat dengan perilaku yang baik, seperti selalu mendukung dan penuh apresiasi.
Misalnya saat seorang leader tim merasa yakin para anggotanya akan bekerja maksimal maka ia cenderung memberikan dukung, bisa melalui fasilitas atau saran.
2. Produktivitas kerja meningkat
Efek dari lingkungan yang suportif juga akan membuat karyawan merasa termotivasi dan tidak tertekan. Begitu pula dalam ruang lingkup pendidikan, efek harapan yang positif akan membantu pelajar memahami materi dengan lebih baik.
3. Menumbuhkan rasa nyaman dan percaya diri
Menanamkan efek pygmalion ini juga dapat mendongkrak rasa percaya diri karyawan atau pelajar. Tidak hanya karena terus mendapat apresiasi, tapi juga rasa nyaman yang berperan besar dalam kinerja. Alhasil, orang-orang yang terkena dampak pygmalion effect mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menggali potensi.
Jadi, pemberian ekspektasi secara positif ini sangat penting bagi kamu dan orang-orang yang terlibat di sekitar kamu. Lantas, bagaimana caranya menumbuhkan ekspektasi positif terhadap orang lain, ya?
Cara Menerapkan Pygmalion Effect dalam Karier dan Studi
Ada dua cara yang bisa kamu lakukan jika ingin membawa ekspektasi yang positif ini ke dalam ruang lingkup karier atau studi kamu.
1. Berikan kebebasan untuk mengembangkan potensi
Dalam karier, setiap orang pasti ingin punya ruang untuk mengaplikasikan ide-ide dan mengembangkan potensi. Nah, kamu bisa memberikan ruang yang cukup kepada orang-orang di sekitar kamu.
Caranya sederhana dan mudah, kok. Kamu hanya perlu mengapresiasi ide atau gagasan dari orang-orang yang terlibat denganmu dalam pekerjaan atau studi.
2. Pertajam kepekaan dan empati
Langkah awal menciptakan pygmalion effect adalah dengan memberikan apresiasi yang cukup dan layak. Jadi, kamu perlu mempertajam empati kamu terhadap sesama dan membuka dirimu agar lebih peka memahami orang lain.
Nah, itulah cara yang mudah buat menciptakan fenomena psikologis ini, Sob. Intinya kamu perlu lebih memahami dan mendengarkan orang-orang di sekitar kamu, ya.
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Foto:
Unsplash.com.
