/Mengenal Jebakan Toxic Success dan 5 Cara Menghindarinya

Mengenal Jebakan Toxic Success dan 5 Cara Menghindarinya

Apakah kamu sering mendengar istilah-istilah yang diakhiri kata “toxic”? Ya, istilah-istilah tersebut semakin marak dibicarakan di dunia maya. Mulai dari toxic relationship, toxic productivity, hingga toxic success, istilah-istilah itu tidak luput dari kehidupan media sosial yang kita lihat sehari-hari. Di balik label “toxic” yang mungkin membuat kamu bertanya-tanya, ada alasan mengapa hal-hal positif itu disebut beracun.

Di social media Instagram, sering kita temukan teman atau saudara yang membagikan pencapaian mereka. Lalu, di social media YouTube ada konten kreator yang gemar bercerita kisah kesuksesannya melalui video. Kemudian di media sosial TikTok, kita kerap melihat orang-orang memamerkan barang branded dan hartanya.

Setelah cukup lama melihat kesuksesan orang lain yang dibagikan di media sosial, tak jarang banyak orang merasa insecure dengan dirinya. Banyak orang akan membandingkan pencapaian di hidupnya dengan orang lain. Tindakan ini berbahaya untuk kesehatan mental kita, lho.

Supaya kamu tidak terjerumus, sangat penting untuk mengenal apa itu toxic success dan cara-cara agar terhindar darinya. Yuk, cari tahu dengan baca lebih lanjut.

Jebakan Mental Bernama Toxic Success

Toxic success adalah kondisi saat seseorang merasa tidak pernah puas dengan prestasinya.
Sumber: Amazon.com

Melalui bukunya yang terbit tahun 2002 dan berjudul Toxic Success: How to Stop Striving and Start Thriving, psikolog Paul Pearsall memperkenalkan istilah toxic success. Secara sederhana, Paul mendefinisikan toxic success sebagai kondisi saat seseorang tidak pernah merasa puas dengan pencapaiannya.

Rasa tidak puas ini bukan hanya sekadar minder, tapi mengarah kepada obsesi atas kesuksesan. Obsesi terhadap kesuksesan membuat keseimbangan hidup goyah, pandangan tentang hidup yang bermakna pun akan hilang.

Misalnya, ketika kamu gagal mendapat pekerjaan di perusahaan multinasional meski menyandang gelar lulusan universitas terkenal. Akhirnya kamu melabeli diri tidak mampu, bahkan gagal. Rasa tidak percaya diri pun muncul dan berujung pada obsesi untuk mengalahkan para pesaing agar kamu lolos bekerja di perusahaan besar.

Jika sudah berada di tahap ini maka kerja kerasmu dapat dikatakan toxic bagi dirimu karena menjadikan pencapaian tertentu sebagai tolok ukur kesuksesan. Selain itu, terjebak dalam toxic success akan membuat kamu terlalu kompetitif.

Apa dampaknya? Tentu, semua orang di lingkungan sosial akan kamu anggap sebagai pesaing yang harus dikalahkan. Ambisi untuk mengalahkan kompetitor pun akan memicu kita bekerja terlalu keras.

Tidak ada yang salah dengan berambisi dan mempunyai target, Sob. Namun, penting juga untuk memperhatikan diri sendiri. Menjadi produktif di usia muda sangat baik, tetapi akan berubah buruk kalau tidak mampu menyayangi diri. Apalagi kalau upaya untuk sukses diikuti dengan tindakan negatif, seperti begadang semalam suntuk demi belajar atau menjadi tidak peduli terhadap keluarga karena terlalu sibuk bekerja.

Sudah tahu bahaya toxic success itu seperti apa, ‘kan? Nah, sekarang kamu perlu memahami cara-cara agar terhindar dari jebakan ini. Simak pembahasan berikut.

1. Miliki Filter Pribadi agar Terhindar dari Toxic Success

Toxic success berasal dari rasa tidak puas yang bukan hanya sekadar minder, tapi mengarah kepada obsesi atas kesuksesan.
Sumber: Unsplash.com

Media sosial menyumbang pengaruh terbesar terhadap munculnya sindrom toxic success yang banyak menjebak generasi muda, bahkan orang dewasa. Cara pertama agar kamu terhindar dari jebakan ini adalah dengan memiliki filter pribadi.

Apa itu? Sederhananya kamu mampu menyaring hal-hal negatif yang beredar di social media dan memilih hal positif saja. Kemampuan memilah hal positif dan negatif ini akan membantumu tidak terjerumus ke dalam perasaan minder, Sob.

Lantas, bagaimana caranya menciptakan filter pribadi? Cukup mudah, kok. Kamu hanya perlu berusaha menciptakan standar kesuksesan versimu sendiri. Memiliki standar sendiri akan mencegahmu meyakini kalau kesuksesan orang lain lebih hebat dari pencapaianmu saat ini.

Setelah itu, kamu perlu lebih bijak dalam mencerna konten yang ada di media sosial. Biasakan dirimu untuk menghindari konten-konten tidak bermutu dan banyaklah mengikuti influencer yang memotivasi.

2. Buat Tolok Ukur Kesuksesan Sendiri

Rasa obsesi terhadap pencapaian dapat berdampak buruk bagi mental.
Sumber: Unsplash.com

Kamu tidak bisa menyamakan kehidupanmu dengan orang lain karena setiap manusia memulai dari garis start yang berbeda-beda. Jika kamu masih minder dengan kesuksesan orang lain, itu berarti kamu menggunakan tolok ukur kesuksesan orang itu untuk mengukur keberhasilanmu.

Berhenti melakukan hal ini, Sob! Mulai sekarang, cobalah buat tolok ukur kesuksesanmu sendiri. Memang awalnya akan terasa sulit. Oleh karena itu, kamu bisa mencoba dari hal sederhana, yaitu mengubah sudut pandangmu. Standar di masyarakat menganggap orang sukses identik dengan mobil mewah dan pekerjaan bergengsi. Nah, kamu harus berani menolak standar itu.

Pola pikir tentang hidup sukses perlu diubah sebab sukses tidak selalu berarti kekayaan dan jabatan tinggi saja. Keberhasilan yang sederhana juga kesuksesan, lho Selain itu, jangan terjebak dalam sudut pandang yang meyakini kalau menjalani hidup yang biasa saja adalah kegagalan.

Kehidupan yang biasa bukan kegagalan yang perlu diratapi. Ada banyak arti dan tujuan hidup selain kesuksesan duniawi. Jangan minder ya, Sob!

3. Temukan Kelebihan Diri Sendiri

Perasaan tidak puas dengan pencapaian diri atau toxic success dapat membuat minder.
Sumber: Unsplash.com

Setiap manusia pasti dianugerahi kelebihan, Sob. Memiliki kekurangan adalah hal yang sangat wajar dan kamu tidak perlu minder. Kunci paling penting agar terhindar dari toxic success adalah mengenali diri sendiri. Jika kamu belum mampu menghargai dan mencintai dirimu maka orang lain akan sulit melihat kelebihanmu.

Coba tulis semua kekuranganmu di selembar kertas. Lalu, yakinkan dirimu kalau kekurangan itu tidak menentukan siapa kamu. Value yang kamu punya berasal dari usahamu menata diri untuk berkembang. Kemudian kamu bisa merenungkan apa kelebihanmu. Jika sulit, kamu bisa bertanya kepada keluarga dan teman tentang dirimu.

Refleksikan diri dengan tenang dan kamu akan menemukan hal-hal positif dari dirimu, Sob. Kelebihan yang kamu temukan ini akan membantumu bangkit saat toxic success berusaha menjebakmu. 

4. Dapatkan Dukungan Orang Terdekat

Sumber: Unsplash.com

Selain ketiga cara di atas, kamu juga membutuhkan lingkungan yang suportif. Penting untuk tetap memiliki teman sekaligus pendengar yang baik saat tren memamerkan kesuksesan di sosial media rentan membuat mentalmu jatuh. Kamu bisa bersandar pada keluarga atau meminta bantuan psikolog saat toxic success sudah mengganggu kesehatan mentalmu.

5. Puasa Bermain Social Media

Sumber: Unsplash.com

Media sosial memang sudah tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari ya, Sob. Namun, jika efek dari media sosial membuatmu berlarut-larut dalam kesedihan dan perasaan tak berharga maka itu tanda kalau kamu harus berhenti. Puasa bermain social media adalah satu-satunya cara agar kamu terbebas dari konten-konten pamer kesuksesan yang bisa membuatmu minder.

Nah, itu dia lima cara sederhana untuk terhindar dari jebakan toxic success, Sob. Satu hal penting yang harus kamu lakukan adalah menyadari bahwa kesuksesan orang lain yang dipamerkan di media sosial bukan standar yang harus kamu ikuti.

Ingat kata pepatah, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau dari rumput di halaman sendiri. Akhir kata, jangan lupa bersyukur atas pencapaian-pencapaian yang berhasil kamu buat, ya!

Penulis: Gheani Kirani B.T        

Referensi:

Glints.com

Forbes.com

IDN Times

Foto:

Alexander Shatov. Unsplash.com.

Camilo Jimenez. Unsplash.com.

Firmbee. Unsplash.com.

Christopher Lemercier. Unsplash.com.

Kelly Sikkema. Unsplash.com.

Gilles Lambert. Unsplash.com.

Amazon.com.