Status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 resmi dicabut oleh FIFA. Kabar ini tentu menjadi pukulan berat bagi jajaran pelatih dan pemain Timnas U-20 Indonesia yang sudah berlatih keras untuk berlaga di Piala Dunia U-20. Keputusan FIFA juga menimbulkan rasa kecewa di benak masyarakat tanah air yang telah menantikan momen bersejarah ini.
Piala Dunia U-20 seharusnya digelar di enam kota dari tanggal 20 Mei hingga 11 Juni 2023. Akan tetapi, harapan pemain-pemain muda di Timnas U-20 harus kandas sebelum laga dimulai. Jika melihat ke belakang, ada begitu banyak perjuangan yang dihadapi Indonesia demi mendapat kesempatan menjadi tuan rumah.
Di tahun 2019, Indonesia bersaing dengan Peru dan Brasil untuk memperoleh status tuan rumah Piala Dunia U-20. Namun, polemik politik membuat FIFA mencabut status tuan rumah Indonesia pada 29 Maret. Di balik kekecewaan pemain Timnas dan masyarakat yang tak terbendung, ada beberapa kerugian yang Indonesia terima usai gagal jadi tuan rumah, nih. Apa saja, ya?
1. Kerugian pada modal penyelenggaraan
Melansir dari Metro TV News, sejak Juli 2020 pemerintah sudah menyediakan dana untuk menggelar Piala Dunia U-20. Dana senilai Rp400 miliar dikucurkan untuk menyiapkan ajang sepak bola bergengsi ini. Dana renovasi stadion juga mencapai Rp489 miliar. Pada Juni 2022, Kemenpora mengalokasikan dana persiapan sebesar Rp500 miliar.
Diperkirakan total kerugian dari modal penyelenggaraan yang Indonesia terima senilai Rp1,4 triliun, Sob. Semua anggaran ini dialokasikan untuk merenovasi infrastruktur, seperti stadion dan lapangan.
2. Timnas U-20 gagal bermain

Latihan yang sudah dijalani oleh para pemain menjadi sia-sia karena Timnas U-20 gagal berlaga di Piala Dunia U-20 2023. Tidak hanya pemain, pelatih dan orang-orang di balik tim yang telah berkontribusi untuk sepak bola Indonesia juga mengalami kekecewaan. Kerja keras pemain, pelatih, dan orang-orang di balik tim tidak terbayarkan.
3. Sulit mendapat peluang jadi tuan rumah
Melansir dari Suara.com, Indonesia akan sulit mengajukan diri menjadi tuan rumah bagi ajang Piala Dunia FIFA. Hal ini karena untuk menjadi tuan rumah ajang sepak bola butuh waktu yang lama. Selain itu, Indonesia juga harus bersaing dengan negara lain untuk mendapat status tuan rumah.
4. Sektor pariwisata merugi
Tidak hanya pemain, pelatih, dan orang-orang yang bekerja di bidang sepak bola yang dirugikan secara finansial. Sektor pariwisata Indonesia juga merugi karena batalnya pergelaran Piala Dunia U-20 memutus arus masuk wisatawan dan turis. Jika melihat dari penyelenggaraan ajang Piala Dunia di negara-negara lain, jumlah turis dan wisatawan yang berkunjung di negara tersebut meningkat drastis.
Pada ajang Piala Dunia Qatar 2022, Qatar mengalami kenaikan jumlah wisatawan yang sangat pesat. Tentunya hal ini menjadi keuntungan bagi pemasukan negara, ya. Jadi, Indonesia kehilangan kesempatan untuk mendongkrak pariwisata, promosi budaya, dan pemasukan bagi negara hingga rakyat.
5. Terancam mendapat sanksi dari FIFA

Berdasarkan keterangan resmi dari FIFA, situasi di Indonesia menjadi pertimbangan dicabutnya status tuan rumah. Buntut dari intervensi politik dalam sepak bola juga berujung batalnya Indonesia jadi tuan rumah. FIFA pun dikabarkan akan memberikan sanksi untuk Indonesia.
Konsekuensi dari hal ini, Indonesia berpotensi mendapat sanksi yang akan diumumkan oleh FIFA. Akibatnya nasib pemain dan pelatih pun terancam, seperti tidak dapat mengikuti turnamen sepak bola dan kegiatan sepak bola terkena imbas yang tidak menguntungkan.
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Foto:
Sportstars.id
Liputan6.com
CNN Indonesia
Comments
Comments are closed.