Planning fallacy dapat menjadi ancaman yang tak terlihat bagi siapa saja yang terlalu meremehkan tugas dan pekerjaan. Merasa optimis bisa menyelesaikan tugas merupakan pemikiran yang baik, tapi kalau sampai meremehkan tenggat waktu maka hasilnya akan buruk. Apakah kamu pernah atau sering menyepelekan deadline tugas, Sob? Misalnya, saat kamu mendapat sebuah tugas, lalu memperkirakan dapat menyelesaikannya dalam kurun waktu tertentu. Namun, kenyataannya perkiraanmu meleset dan kamu malah gagal mengumpulkan tugas tepat waktu.
Kalau pernah atau malah sering, berarti selama ini kamu lagi terjebak dalam planning fallacy. Kekeliruan berpikir ini sering dialami banyak orang, terutama bagi mereka yang suka mengerjakan tugas mendekati deadline. Biasanya jika seseorang sudah terbiasa mengerjakan suatu tugas, lalu diberi tugas dengan ketentuan yang sama maka orang itu akan berpikir bisa menyelesaikannya tepat waktu.
Namun, rasa optimis itu biasanya tidak didukung dengan perencanaan yang matang sehingga pengerjaan tugas pun terhambat. Alhasil, sering kita temui pelajar yang meminta perpanjangan waktu atau pekerja yang kurang profesional dalam bekerja. Nah, kondisi yang lumrah terjadi ini perlu dipahami agar tidak bertumbuh menjadi siklus negatif.
Mari kita mulai dari memahami apa itu planning fallacy dan awal mula tercetusnya konsep ini.
Apa itu Planning Fallacy?

Sumber: everydaypsych.com
Planning fallacy adalah kesalahan menyusun perencanaan yang membuat seseorang cenderung meremehkan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh seorang psikolog dan ahli ekonomi bernama Daniel Kahneman. Kahneman menggagas konsep ini bersama rekannya, Amos Tversky.
Di tahun 1977, Kahneman dan Tversky menemukan fenomena mengejutkan di tempat kerja mereka. Rekan-rekan mereka memiliki satu kebiasaan buruk, yaitu suka menganggap remeh pekerjaan. Kala itu, banyak proyek yang gagal karena para pekerja sering meremehkan durasi atau rentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
Kebiasaan itu terus berulang dan akhirnya menjadi sebuah siklus. Dari pengalaman inilah, Kahneman dan Tversky memperkenalkan konsep bias kognitif yang kemudian disebut planning fallacy.
Kesalahan berpikir ini tidak hanya terjadi pada ranah studi atau pekerjaan saja, lho. Jika kamu sering telat datang ke suatu kegiatan maka kamu lagi terperangkap dalam bias kognitif ini. Hal ini karena kamu tidak mempertimbangkan durasi waktu dan hambatan yang mungkin terjadi selama perjalanan.
Lantas, mengapa planning fallacy bisa terjadi, ya?
Apa Penyebab Terjadinya Planning Fallacy?

Sumber: dtainnovation.com
Rasa optimis yang berlebihan terkadang membuat kita berangan-angan secara tidak realistis. Ditambah lagi, kita lupa belajar dari pengalaman atau kesalahan di masa lalu. Nah, inilah penyebab terjadinya planning fallacy, Sob.
Orang yang optimis pasti memiliki niat dan tekad untuk mengerjakan tugas. Namun, sering kali ekspektasi itu tidak diimbangi dengan rencana yang realistis. Banyak orang yang lupa mengintrospeksi kesalahan sehingga tanpa sadar melebihkan kemampuan diri sendiri.
Mengapa ini bisa terjadi? Umumnya manusia berorientasi pada sisi positif dan sulit membuat penilaian yang akurat tentang kapasitas diri. Lalu, rasa antusias karena beranggapan mampu mengerjakan tugas membuat kita terlena. Asumsi kita pun berujung salah, terutama saat kita melihat tugas dari gambaran besar saja. Kita melupakan detail-detail kecil, seperti hambatan eksternal dan kendala dari dalam diri yang bisa menghalangi rencana.
Penyebab terjadinya planning fallacy sangat dekat dengan permasalahan sehari-hari, ya. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menghilangkan kebiasaan ini dan mencegahnya berkembang menjadi siklus adalah memperbaiki diri sendiri.
Planning fallacy memang sangat merugikan karena menurunkan produktivitas kamu, Sob. Akan tetapi, kondisi ini merupakan kesalahan yang lumrah terjadi, bahkan orang-orang di bidang profesional pun pernah mengalaminya. Jadi, jangan cemas dan simak beberapa tips ini untuk mengatasi planning fallacy.
Lima Tips untuk Mengatasi Planning Fallacy

Sumber: doist.com
Inilah lima tips terbaik yang dapat membantu kamu mengatasi planning fallacy.
1. Jauhkan hal-hal yang bisa mendistraksi kamu
Pesan WhatsApp dari teman, notifikasi media sosial, dan masih banyak hal-hal lain yang berpeluang mendistraksi kamu. Kamu perlu menyingkirkan barang-barang yang tidak mendukung pengerjaan tugas supaya tetap fokus.
Nah, jika kamu lalai dalam hal ini maka bukan hal yang mengherankan kalau tugasmu terbengkalai. Oleh sebab itu, pastikan kamu tidak menunda pekerjaan dan meluangkan waktu untuk mengerjakannya.
2. Belajar dari pengalaman sebelumnya
Kamu pasti sering diberikan tugas yang secara teknis sama dengan tugas sebelumnya, seperti makalah dan jurnal ilmiah. Nah, ini berarti kamu sudah punya pengalaman untuk mengerjakannya. Jadi, kamu bisa memeriksa berapa lama waktu yang kamu butuhkan supaya tugas itu selesai tepat waktu.
Tips ini juga berlaku dalam pekerjaan dan kegiatan sehari-hari, lho. Selalu ingatkan dirimu untuk belajar dari kesalahan yang pernah kamu lakukan.
3. Tetapkan deadline yang kamu sanggupi
Poin yang satu ini sangat penting, Sob. Jangan pernah menetapkan deadline yang kamu sendiri tidak tahu dapat menyanggupinya atau tidak. Keputusan seperti itu malah akan mempersulit kamu. Hindari juga menebak apakah kamu sanggup atau tidak. Cobalah untuk membuat deadline yang realistis dan jangan paksakan dirimu.
Kamu bisa memulai tips ini dengan mengukur kemampuan diri. Setelah itu, barulah kamu dapat menyusun jadwal pengerjaan tugas agar tetap berkonsentrasi mencapai tujuan.
4. Pecahkan tugas menjadi bagian-bagian kecil
Tips ini sangat efektif jika kamu kesulitan mengerjakan tugas dalam skala besar yang tingkat kesulitannya tinggi. Cobalah untuk melihat detail tugasmu, seperti bagian yang cukup mudah dan bisa didahulukan. Pisahkan bagian yang sulit dikerjakan dan memakan banyak waktu dari bagian yang sudah kamu kuasai.
Dengan cara ini, kamu dapat menghemat waktu pengerjaan. Selain itu, kamu bisa juga terhindar dari stres dan kelelahan emosional.
5. Kecilkan ekspektasi dan tetap tekun
Tahukah kamu apa isi Murphy’s Law? Ya, if anything can go wrong, it will. Semua prediksi yang kamu buat terkait durasi pengerjaan tugas dapat salah. Oleh karena itu, lebih baik jika kamu mengecilkan ekspektasi dan tetap tekun mengerjakan bagianmu. Harapan atau rasa optimis yang tinggi bukan penentu sebuah tugas akan selesai. Daya juang dan ketekunan yang akan menentukannya.
Jadi, mulai benahi diri kamu dengan melakukan lima tips di atas, ya! Planning fallacy mungkin kesalahan yang wajar terjadi, tapi perlu diatasi agar tidak berdampak buruk buat kamu, Sob.
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Buehler, R., Griffin, D., & Peetz, J. (2010). Chapter One – The Planning Fallacy: Cognitive, Motivational, and Social Origins. Advances in Experimental Social Psychology, Volume 43, Pages 1-62.
Foto:
Everydaypsych.com
Dtainnovation.com
Doist.com