
Selain dikenal sebagai Generasi Nunduk karena selalu menunduk saat menggunakan gadget, ternyata generasi muda juga punya julukan lain, lho. Generasi Omdo alias omong doang menjadi julukan yang disematkan untuk kaum muda di era digital ini. Alasan di balik munculnya julukan ini adalah kebiasaan buruk generasi muda yang kerap menunda-nunda ketika sudah membuat rencana. Masih banyak anak muda yang lebih tertarik menjadi sukses dengan cara cepat dan tergiur kiat-kiat instan yang bertebaran di media sosial.
Pada event tahunan terbesar bertajuk Young On Top National Conference 2022 yang diselenggarakan 23 Juli 2022, beberapa pembicara berbagi pandangannya tentang tren ini. Salah satunya adalah Dian Sastrowardoyo yang memandang masa muda sebagai kesempatan untuk memberikan dampak positif bagi banyak orang. Meski hanya hadir secara virtual di Kasablanka Hall, tapi aktris sekaligus produser ini sangat antusias membagikan pendapatnya.
Bagi Dian, masa muda semestinya tidak hanya diisi dengan kegiatan untuk mencari uang melainkan perlu berorientasi juga pada dampak. Arti “dampak” dapat berbeda-beda bagi setiap individu. Seseorang bisa berdampak bagi lingkungannya dengan menjadi relawan di posko bencana alam. Di sisi lain, mengikuti kegiatan volunteer dan aksi sosial juga berperan memberi dampak bagi masyarakat. Ada banyak cara untuk berdampak, seperti menjadi guru bagi anak-anak kurang mampu hingga membuka usaha untuk menyerap tenaga kerja.
Namun, tidak semua anak muda menganggap penting “dampak” yang dapat mereka hasilkan di masa mudanya. Kemajuan zaman dan rutinitas memainkan sosial media membuat generasi muda lebih tergiur menjadi sukses secara finansial di usia muda. Padahal, masa muda sebenarnya adalah momen yang ideal untuk mengembangkan diri, bukan hanya untuk mencari kekayaan. Masa muda bisa menjadi waktu yang tepat untuk bebas berkarya.
Lantas, bagaimana caranya menjadi anak muda yang berdampak dan tidak terseret tren toxic di lingkungan sosial? Tentu ada satu hal yang perlu diubah, yaitu mindset. Pola pikir yang ingin terus berkembang adalah kunci untuk menjadi anak muda yang berdampak. Pola pikir ini disebut growth mindset. Apa sebenarnya growth mindset itu dan mengapa pola pikir berpengaruh sama cara manusia berkembang? Yuk, disimak ulasan berikut.
Bertumbuh vs Berpikir Stagnan

Melalui bukunya yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success, Dr. Carol S. Dweck membagi pola pikir manusia menjadi dua, yaitu growth mindset dan fixed mindset. Orang yang memiliki growth mindset akan meyakini bahwa kemampuan bagaikan awal dari sebuah perjalanan yang berarti dapat terus berubah. Jika kamu punya growth mindset maka kamu percaya kalau kemampuanmu bisa terus berkembang. Sekalipun saat ini kamu kurang pandai melakukan suatu skill, tapi kamu tak lantas berpikir kalau kemampuanmu hanya sampai di level itu saja.
Sebaliknya, orang dengan pola pikir stagnan atau fixed mindset lebih percaya kalau kemampuan yang sekarang dimiliki akan tetap seperti itu. Mereka memandang kemampuan sebagai sesuatu yang tidak berubah. Kalau kamu terperangkap dalam fixed mindset, kamu akan terus beranggapan dan percaya kalau kemampuanmu hanya sampai di satu titik saja. Kamu tidak berpikir kalau bisa mencapai titik lain dengan usaha keras dan kerja cerdas. Bayangkan kalau di masa muda kamu terjebak dalam situasi ini. Pastinya rugi, dong. Kamu jadi tidak tahu berapa banyak potensi yang kamu punya.
Nah, inilah bedanya growth mindset dengan fixed mindset, Sob. Sebagai anak muda, kamu punya banyak kesempatan buat terus bertumbuh dan mengeksplor hal-hal baru. Lantas, bagaimana jadinya kalau mindset yang kamu punya itu fixed alias stagnan? Pastinya kamu sulit tergerak untuk eksplor kegiatan di luar zona nyaman dan belajar hal baru karena sudah berpikir kalau kemampuanmu akan tetap sama. Padahal, kamu belum coba sama sekali, bahkan tidak berani melangkah.
Berproses vs Menghindari Tantangan

Tidak ada manusia yang menyukai kegagalan. Namun, pemilik growth mindset punya pandangan yang berbeda tentang kegagalan. Gagal mencapai impian tidak dipandang sebagai akhir dari upayanya melainkan sebuah proses. Ibarat tangga, jika kamu tergelincir di satu anak tangga maka sebenarnya kamu belum jatuh dan bisa bangkit lagi. Tiap-tiap anak tangga adalah bagian dari proses yang harus kamu lalui. Begitulah pola pikir yang bertumbuh.
Sangat berbeda dengan pola pikir bertumbuh, pemilik fixed mindset akan takut dengan kegagalan. Oleh sebab itu, mereka lebih memilih menghindari tantangan yang berat dan terlihat sulit karena takut gagal. Padahal sama sekali belum mencoba, tetapi sudah pesimis dan terjebak dalam pikiran buruknya. Begitulah pola pikir yang stagnan.
Jika pola pikirmu fixed dan lebih suka menghindari tantangan karena takut gagal maka kamu akan sulit berkembang, Sob. Lebih buruk lagi, terjebak dalam fixed mindset akan membuatmu mudah ragu untuk mengambil langkah pertama dan melakukan hal baru. Kalau terus seperti ini, bagaimana kamu bisa memberikan dampak? Untuk memberikan dampak, kamu perlu melangkah terlebih dahulu dan membuat gerakan yang bisa membawa perubahan.
Makanya, punya growth mindset itu penting banget, Sob. Seperti yang dikatakan Dian Sastrowardoyo, masa muda adalah masanya untuk mengeksplor diri habis-habisan. Jangan takut untuk sekali-kali menjadi idealis. Kamu tidak akan tahu seberapa tinggi kamu bisa naik jika kamu tidak berani mengambil langkah pertama. Sama halnya kalau kamu tidak pernah mencoba naik, kamu jadi tidak tahu kalau masa mudamu bisa berdampak bagi banyak orang.
Jangan jadi Generasi Nunduk, apalagi Generasi Omdo, tapi jadilah generasi yang berdampak, Sob!
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Foto:
Maria Teneva. Unsplash.com.
Braden Collum. Unsplash.com.
Jorge Ibanez. Unsplash.com.
Teemu Paananen. Unsplash.com.
Related banget, sebagai genesari muda kita harus terus belajar dan mengembangkan potensi yang kita miliki. Karena masa muda adalah aset yang berharga. Tantangan itu bukan untuk dihindari apalagi ditakuti tetapi tantangan ada supaya adanya perubahan dan pengembangan positif bagi setiap. Kita juga harus memperhatikan dan menikmati proses yang kita lalui, mulai dari kebiasaan positif yang sederhana yang bahkan selama ini tidak kita sadari karna 1% kebiasaan baik setiap harinya akan menghasilkan 37% perubahan diri dalam 1 tahun (Buku Atomics Habit, James Clear).