Kalau kamu bekerja di industri kreatif atau ingin berkarier di bidang ini, pasti tahu isu Artificial Intelligence (AI) yang katanya akan menggantikan pekerja kreatif di masa depan. Mungkin kamu saat ini lagi merasa khawatir dan terancam. Lalu memunculkan pertanyaan, apakah kecerdasan buatan benar-benar bisa menggantikan profesi manusia di ranah kreatif?
Satu hal yang perlu kamu ketahui, teknologi diciptakan untuk memajukan peradaban manusia. Mau tidak mau, kita harus menghadapi perubahan dalam berbagai bidang pekerjaan. Sekarang pun kita sedang menyaksikan efek teknologi, seperti mal di Jakarta yang mulai kehilangan pengunjung karena tergantikan aplikasi belanja online.
Mau pesan taksi atau ojek pun jadi lebih gampang akibat kemajuan teknologi. Tinggal buka aplikasi dan ojek akan mendatangi kita. Di ranah media sosial pun seperti itu, kita bisa atur jadwal posting dan sistem yang akan mempublikasikan postingan kita. Efisiensi waktu tercapai berkat bantuan kecerdasan buatan.
Mungkin isu yang lagi viral ini terkesan menakuti, ya. Padahal selama ini tanpa sadar kita telah menonton dampak gelombang kecerdasan buatan, kok. Hanya saja, semakin tinggi era teknologi yang akan manusia masuki maka efeknya juga kian besar. Ditambah lagi, kita selalu butuh peran teknologi. Bayangkan kalau teknologi tidak berkembang, kinerja manusia tidak akan semudah sekarang.
Sederhananya, artificial intelligence (AI) adalah teknologi simulasi yang diprogram untuk memiliki kecerdasan manusia sehingga bisa mengerjakan hal-hal yang biasa manusia lakukan. Peran AI yang lagi viral di jagat maya saat ini berkutat di industri kreatif
Jadi, keberadaan AI berpotensi menggeser posisi pekerja kreatif, dong? Belum tentu, Sob. Ada dua hal yang tidak bisa digantikan oleh AI, lho. Apa saja, ya?
Ide dan Kreativitas Tidak Tergantikan oleh AI
Meski AI bisa menulis konten untuk postingan media sosial, bahkan membuat desain grafis. Namun, nyatanya ide dan kreativitas manusia tidak tergantikan, Sob. Misalnya saja, teknologi AI bernama ChatGPT yang bisa membuat tulisan. Akan tetapi, manusia yang ingin meminta dibuatkan tulisan harus memberi konsep dari tulisan tersebut.
Begitu pula dengan tren Avatar AI yang bisa menciptakan ilustrasi. Nyatanya, AI ini mendapat referensi gambar yang telah dibuat manusia. Nah, dari sini kita sampai pada titik terang bahwa AI sebenarnya hanya alat, bukan pekerja.
Manusia tetap harus membangun ide dan mengerahkan kreativitas. AI hanyalah tools untuk menunjang pengerjaan hal-hal di bidang kreatif. Bisa dikatakan kalau sentuhan tangan seniman tetap lebih bernilai dari teknologi simulasi.
Karya yang dihasilkan pekerja kreatif sebenarnya adalah gabungan dari pengalaman, ide, renungan, emosi, dan pikiran. Semua aspek ini tidak dimiliki artificial intelligence yang notabene hanyalah alat buatan manusia. Sebagai makhluk visioner, manusia dapat memikirkan visi dan membuat perubahan. Sedangkan AI bekerja mereplikasi atau meniru kecerdasan manusia yang akan selalu berkembang. Asalkan manusia tidak berhenti berkembang maka AI semestinya hanya menjadi alat penunjang.
Lantas, apa yang harus kita lakukan agar tidak berhenti berkembang?
Apa yang Harus Kita Lakukan?
Kreativitas akan selalu dihargai dan karya-karya manusia tetap punya tempat di hati banyak orang. Itulah mindset yang harus kita tanamkan, Sob. Omong-omong, pernah dengar ungkapan yang bilang kalau karya yang dihasilkan dari hati akan memiliki rasa yang beda?
Ya, ungkapan itu tepat banget! Cita rasa sebuah karya ditentukan oleh sentuhan ide dan kompilasi pengalaman batin manusia. Artificial intelligence tidak bisa memahami keresahan manusia atau menemukan kegelisahan yang lagi dihadapi orang-orang. Di titik inilah, manusia memiliki kapasitas yang lebih besar dari AI untuk berkarya.
Jadi, satu hal yang perlu kita lakukan adalah terus mengembangkan imajinasi, potensi, dan kemampuan kita sebagai pekerja kreatif. Sebenarnya tanpa kehadiran artificial intelligence pun, kita harus tetap berkembang dalam segala hal. Sebut saja kemampuan berpikir kritis, keterampilan riset, dan keahlian mengembangkan ide. Berhenti belajar hanya membuat kita kesulitan mengikuti perubahan era sehingga kita malah menjadi pekerja yang kurang kompeten.
Belajar dan berproses bukan aksi yang baru kita lakukan saat terancam oleh AI, tetapi keharusan sebagai manusia yang terjun ke industri kreatif. Oleh karena itu, kamu harus tetap konsisten bertumbuh, ya, Sob.
Penulis: Gheani Kirani B.T
Referensi:
Foto:
Culturamagazine.com
Overmental.com
Bacaterus.com
Comments
Comments are closed.