Quiet quitting adalah kondisi di mana seseorang berusaha meminimalisir jam kerja dan porsi kerjanya, serta tidak segan menolak pekerjaan di luar jam kerja dan di luar jobdesc-nya.
Tidak mudah untuk membuat karyawan merasa nyaman. Kadang-kadang mereka mungkin merasa terbebani, tidak dihargai atau seperti pekerjaan mereka tidak memuaskan. Ketika ini terjadi, mereka bisa menerapkan Quiet quitting. Tetapi sebelum itu terjadi, mari kita lihat delapan cara untuk menghindari Quiet quitting yang bersifat negatif.

Menciptakan komunikasi antara karyawan dan manager
Sangat penting bahwa karyawan merasa nyaman mendekati manager mereka dengan kekhawatiran atau masalah yang mungkin mereka alami. Juga, manager harus membuat sebuah titik untuk mendatangi karyawan mereka daripada menunggu mereka. Karyawan yang dapat mendekati manager secara terbuka jauh lebih mungkin untuk mendiskusikan masalah yang penting bagi mereka, mempengaruhi keterlibatan mereka di tempat kerja.
Menjaga keseimbangan lingkungan kerja yang sehat
Keseimbangan lingkungan kerja yang baik sangat penting untuk menjaga karyawan agar tetap terlibat dan bahagia di tempat kerja. Pastikan bahwa tim memiliki kesempatan untuk mengambil hari libur, hari sakit atau hari-hari pribadi yang mereka butuhkan. Jangan menjadwalkan terlalu banyak larut malam atau akhir pekan selama seminggu.
Pastikan karyawan merasa dihargai
Karyawan yang merasa dihargai lebih mungkin untuk menjadi bahagia dan termotivasi di tempat kerja dan lebih mungkin untuk terlibat dalam peran mereka. Pastikan karyawan diberi umpan balik positif dan konstruktif untuk membuat mereka tetap termotivasi. Selain itu, ada baiknya juga meluangkan waktu untuk mengapresiasi kerja keras karyawan. Baik secara publik atau pribadi, lakukan hal hal dengan cara terbaik untuk mereka.
Hindari bekerja terlalu keras
Karyawan yang terlalu banyak bekerja lebih cenderung mengalami kelelahan, stres, dan tidak bahagia di lingkungan kerja mereka. Hindari penjadwalan terlalu banyak jam lembur atau memberi terlalu banyak tekanan pada karyawan untuk memenuhi tenggat waktu yang tidak realistis.
Jangan percaya pada hustle culture mentality
Hustle culture mentality menekankan kerja keras dan melakukan pekerjaan yang dilakukan untuk selalu berhasil. Namun, hal ini dapat menyebabkan karyawan merasa terlalu banyak bekerja dan undervalued karena bekerja lembur. Untuk mencegahnya, kita harus menciptakan budaya tempat kerja yang sehat, menempatkan nilai pada kesejahteraan karyawan dan batasan yang sehat.
Fleksibel
Perusahaan yang fleksibel dihargai oleh karyawan ketika kebutuhan mereka diakomodasi. Apakah itu memungkinkan karyawan untuk bekerja dari jarak jauh atau dari rumah, memiliki jam kerja yang fleksibel atau bahkan berbagi beberapa tanggung jawab mereka dengan orang lain, bersikap terbuka terhadap aturan yang berbeda dapat membantu menjaga karyawan tetap nyaman di tempat kerja.
Ciptakan peluang untuk upgrade skill
Jika seorang karyawan merasa terjebak dalam pekerjaan buntu, kemungkinan besar mereka akan tidak nyaman dan tidak terlibat di tempat kerja. Untuk menghindari hal ini, ciptakan peluang bagi karyawan untuk tumbuh dan maju dalam perusahaan. Contohnya adalah memberikan pelatihan dan peluang pengembangan secara teratur atau menawarkan tantangan baru dan tugas tambahan.
Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan dan motivasi karyawan adalah jalan dua arah. Manager dan karyawan bertanggung jawab untuk bekerja sama agar menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa dihargai. Quiet Quitting bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi kita juga perlu menerapkan dengan catatan ikuti tips di atas ya, Sob!
Penulis : Dwi Nur Utami
Bermanfaat bgt
sangat bermanfaat👍